September 08, 2010

Theological Reflextion

Gereja eksis dalam konteks zaman yang senantiasa berubah dan mengalami perkembangan. Maka dari itu berbicara masalah gereja pada zaman ini, tidak dapat terlepas dari tren, persoalan, serta tantangan-tantangan zaman yang ada yang berpengaruh terhadap eksistensi gereja. Gereja atau Ekklesia (=persekutuan orang-orang yang dipanggil keluar oleh Allah) pada hakikatnya ada untuk menjalankan mandat dari Tuhannya untuk menjalankan misi ilahi. Sesuai dengan arti nama ”gereja” itu sendiri, tugas gereja adalah menjadi garam dan terang. Gereja memang hadir di tengah-tengah dunia, tetapi tidak ikut arus dalam tata cara dunia. Sebaliknya, seperti tujuan awal Pendirinya, yaitu Tuhan sendiri, gereja ada untuk menjadi agen perubahan / mentransformaskan dunia.
Gereja dari zaman ke zaman menghadapi tantangan perubahan dan perkembangan sesuai dengan kontes zaman berserta kemajuan-kemajuan yang dibawa. Baik kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, komunikasi, kependudukan, paradigma, moralitas, spiritualitas, dll, yang membuat gereja memikirkan ulang bagaimana harus eksis ditangah-tengah perubahan dunia global ini.
Seperti pengamatan yang dilakukan oleh Eka Darmaputera terlihat bahwa dewasa ini, gereja mengalami dua ekstrim yang terjadi. Pertama yaitu gereja-gereja mainstream yang masih terlalu kaku dan tradisional, lebih mementingkan organisasi struktural dan aktivitas formal daripada memikirkan ulang perubahan yang perlu dilakukan untuk kemajuan tubuh Kristus. Ektrim kedua yaitu gereja-gereja kontemporer yang senantiasa fleksibel terhadap perkembangan, selalu dinamis dan menampilkan inovasi, namun sudah ”kebablasan”. Gereja kontemporer memang memunculkan ide baru bahwa gereja sedemikian multi purpose, bahwa kegiatan gereja bukan hanya semata-mata untuk ibadah hari minggu. Ada banyak kegiatan yang dilakukan, menonjolkan multipurpose-nya, tetapi pada akhirnya gereja kemudian dipakai untuk sarana entertain, selain itu warga gereja juga tidak dibina untuk memiliki loyalitas dan komitmen.
Menurut Eka Darmaputera, gereja seharusnya back to basic, seperti maksud Alkitab dalam memberikan definisi tentang gereja. Bahwa gereja seharusnya kembali kepada esensinya, yaitu bahwa baik dalam tingkah laku, perkataan, perbuatan, menyatakan kasih dan kebaikan Allah sebagaimana Allah mengasihi dunia ini. Gereja juga tidak boleh lalai dalam melaksanakan tugas utama gereja itu sendiri yakni bersekutu, bersaksi, dan melayani. Apa lagi meninggalkan dasar gereja itu sendiri, yaitu Alkitab.
Harus diakui bahwa tugas panggilan gereja yang paling lemah dilakukan saat ini adalah dalam hal ”misi”. Padahal hakekat gereja adalah misinya. Maka jika dilihat secara keseluruhan, wajah gereja masa kini adalah ”bopeng” bolong-bolong, karena gereja (terutama dari kubu evangelikal sendiri) lalai dalam hal menjalankan misi. Gereja bukan lagi dipandang sebagai gereja yang misioner, namun gereja yang hanya mencoba untuk survive. Inilah yang menjadi krisis bagi gereja dewasa ini. Penting sekali saat ini bagi gereja untuk melakukan otokritik baik terhadap orientasi gereja ataupun sistem yang ada dalam gereja itu sendiri, dan melakukan perubahan-perubahan yang baik demi perbaikan gereja bagi kemuliaan kerajaan Surga.
Gereja terkadang melenceng dari orientasi tujuannya. Yang menyebabkan hal ini terjadi diantaranya adalah tradisi-tradisi dari masa lalu yang permanen yang menghasilkan stagnasi; kepemimpinan satu pihak yang kharismatis; sudah sedemikian dikendalikan oleh uang; program-program yang besar; gedung gereja dan peristiwa/event2 namun diluar itu tidak lagi produktif. Untuk itu dibutuhkan paradigma Alkitab untuk menuju gereja yang memiliki tujuan. Paradigma yang Alkitabiah untuk mencapai tujuan kekal Allah bagi gereja yaitu ibadah; persekutuan; pelayanan; pemuridan; dan penginjilan.
Gereja perlu didorong untuk senantiasa berusaha selangkah lebih maju ditengah dunia yang selalu berubah. Gereja harus perlu berubah ke arah yang lebih baik. Dalam melakukan perubahan salah satu faktor penentunya adalah Change Maker, yang akan memimpin perubahan itu. Memang tidak semua orang bisa diajak untuk melihat perubahan. Tetapi sebenarnya Hamba Tuhan memiliki peran yang strategis dalam menjadi agen perubahan ini. Sebab Hamba Tuhan adalah orang-orang yang dipanggil oleh Allah sendiri dan kepada mereka telah diberikan kepercayaan/divine otoritation. Maka kepemimpinan yang kuat sangat penting sekali untuk memajukan kerajaan Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar