September 15, 2010

TRANSFORMASI MISI KRISTEN (SEJARAH TEOLOGI MISI YANG MENGUBAH DAN BERUBAH) DAVID J BOSCH = Review dan Catatan Kritis =


A.    REVIEW


David J. Bosch mengawali bukunya dengan memaparkan tentang pemahaman misioner yang ada pada umat Israel pada masa PL. Sifat misioner ini mengalami pergeseran secara signifikan tatkala Yesus dan gereja mula-mula menjalankan pelayanan mereka. PL tidak memberikan paparan kisah tentang pengutusan oleh Allah kepada Israel untuk melintasi batas-batas geografis, keagamaan dan sosial dalam rangka memenangkan mereka ke dalam iman kepada Yahweh. Meskipun demikian, dalam PL dapat ditemui belas kasihan Allah kepada bangsa-bangsa lain. Maka David J. Bosch mengusulkan untuk mencari dokumen misi dalam Alkitab PB. Perjanjian Baru adalah dokumen misi. Refleksi Bosch didasarkan pada studi misiologis dalam Injil Matius, Injil Lukas, Kisah Para Rasul dan kehidupan Paulus yang dipaparkan oleh Lukas maupun dalam surat-surat Paulus kepada jemaat-jemaat.

Matius menuliskan kitab Injilnya dan didialogkan dengan berita-berita dalam PL. Oleh sebab itu Yesus menurut Matius adalah “Musa baru” yang mendapatkan gelar-gelar seperti dalam teks PL  sebagai : Imanuel, Kristus, Anak Daud, Anak Manusia, Anak Domba Allah, dst. Hal-hal ini ditempuh oleh Matius dalam kerangka tujuan misioner yaitu memberitakan kepada orang Yahudi bahwa Yesus adalah Mesias seperti yang dijanjikan para nabi dalam PL.

Lukas mengisahkan tentang pelayanan Yesus yang dilanjutkan dalam pelayanan gereja. Lukas juga mengedepankan karya Roh Kudus dalam pelayanan misioner yang dilakukan baik oleh Yesus maupun oleh gereja. Yesus dan gereja ada dalam jaman yang sama yaitu jaman Roh Kudus. Oleh Matius dan Markus karya Roh Kudus tidak begitu ditonjolkan tapi oleh Lukas karya Roh Kudus sangatlah menonjol. Roh Kuduslah yang memberi Yesus kuasa untuk mengadakan mukjizat. Roh Kuduslah yang membuat para murid dan gereja berani bersaksi. Lukas memaparkan bahwa penginjilan pertama-tama adalah untuk orang Yahudi dan baru setelah itu Injil yang sama diperuntukkan bagi bangsa-bangsa lain.

David J. Bosch juga melakukan studi atas teologi Paulus, betapa Paulus dalam melakukan misinya menggunakan strategi antara lain :
  1. menginjil di daerah di mana injil belum pernah diberitakan.
  2. memilih tempat / lokasi penginjilan yaitu di kota-kota besar.
  3. menghargai budaya setempat.

Pada bab-bab berikutnya, David J. Bosch mengajak pembaca untuk menengok ke belakang dan merunut sejarah misi yang terbagi atas 6 periode antara lain :
  1. Kekristenan perdana
  2. Periode Patristik
  3. Abad Pertengahan
  4. Reformasi
  5. Pencerahan
  6. Era Oikumenis

Pada zaman kekristenan perdana, strategi misi berpindah dari pelayanan penginjilan keliling karismatik / pelayanan pembuat mukjizat dan penyembuh bergeser menjadi pelayanan keteladanan dari orang-orang Kristen perdana. Jadi kehidupan orang-orang Kristen perdana memiliki dimensi misioner yang mencolok sehingga keteladanan orang Kristen, cinta kasih mereka, ketekunan, persekutuan dan kesukacitaan mereka merupakan alat ampuh yang memikat banyak orang kepada Kristus.

Pada Periode Patristik, misi dilakukan oleh gereja dengan cara mewujudkan liturgy ekaristi sebagai pancaran terang kasih dan penarik mereka yang masih dalam kegelapan kepada gereja. Gereja dipahami sebagai tujuan misi dan bukan alat misi. Alat misi adalah liturgy. Teks misi pada jaman ini adalah Yohanes 3 : 16.

Di Abad Pertengahan (600-1500M) keselamatan dipahami hanya ada di dalam gereja (Katolik). Semua orang hanya dapat masuk ke surga bila ia menjadi warga gereja Katolik sebelum ajal mereka. Gereja Kristus adalah satu kawanan dibawah satu gembala yang agung. Oleh sebab itu ketika kaum Donatis mengkritisi gereja Katolik karena mulai duniawi, Injil Lukas 14:23 “Paksalah mereka agar masuk” diberlakukan. Memaksa orang-orang untuk menjadi Katolik kembali bukanlah penganiayaan tetapi sekedar disiplin kepada orang-oreang yang tidak lagi Katolik. Dalam perkembangannya kemudian, teks Lukas 14:23 dikenakan juga untuk pertobatan paksa bagi orang-orang kafir dan Yahudi. Pada Abad Pertengahan ini gereja telah menjadi organisasi yang besar dan berpengaruh. Ia beralih dari sekte Yahudi menjadi penindas sekte-sekte.

Pada jaman Reformasi, pembenaran oleh iman menjadi titik tolak teologi. Ada jarak tak terjembatani antara Allah dan manusia dan hanya karena kasih Allah semata (sola gratia) Ia mengambil inisiatif mengampuni, membenarkan dan menyelamatkan manusia (Roma 1:16). Dengan mengedepankan pembenaran oleh iman, para Reformator menjadi kurang gigih dalam melakukan misi (sepereti definisi misi yang dipahami teolog abad 19 yaitu mencari jiwa-jiwa yang terhilang). Martin Luther percaya bahwa tanpa bantuan manusia Allah mampu membuat seseorang percaya  kepadaNya. Misi merupakan misi Allah dan bukan misi manusia.

Pada awal jaman Pencerahan, rasionalitas telah menjadi raja. Semua hal diyakini dapat dipecahkan dan dijelaskan secara ilmiah, termasuk agama. Segala yang tidak masuk akal ditolak. Pada masa ini, gereja beralih dari pengutamaan penginjilan kepada pengutamaan keterlibatan social seperti pendirian sekolah, rumah sakit-rumah sakit, klinik dan panti asuhan menjadi trend misi Kristen. Dengan rasionalitas, sekularisme, humanisme dan relativisme masuk ke gereja, hal ini mendorong banyak orang muda untuk bangkit dan menggenggam erat “Amanat Agung” dari Matius 28:18-20. Teks ini menyemangati banyak orang untuk kembali menginjili orang-orang yang belum mengenal Yesus.

Pada Era Oikumenis, Missio Dei dipahami sebagai misi Allah Bapa mengutus Yesus Kristus, AnakNya ke dalam dunia. Sekaligus juga dipahami sebagai Allah Bapa dan Anak mengutus Roh Kudus. Bahkan dalam perkembangannya, gagasan ini diperluas menjadi misi Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus mengutus gereja ke dalam dunia. Pada Era Oikumenis muncullah teologi-teologi kontekstual. Konteks budaya dihargai sedemikian rupa dan masalah-masalah ketidakadilan menjadi titik tolak teologi. Teologi-teologi kontekstual bertujuan agar injil dapat lebih berbicara dalam konteks  masyarakatnya yang unik.

Dalam bagian akhir bukunya, David J. Bosch mengusulkan agar pemberian definisi misi (yang masing-masing jaman memberikan definisinya sendiri) didasarkan pada “6 peristiwa keselamatan” utama dalam PB yaitu :
  1. Penjelmaan Kristus.
Penjelmaan Kristus bukan sekedar berkisar pada asal usul Yesus tapi lebih memperhatikan Yesus yang menjadi manusia dan menderita, tabah, setia, taat danmenunjukkan belas kasihan kepada orang-orang marginal. Yesus bukan hanya menawarkan keselamatan tapi juga menderita dan berdarah bersama-sama dengan para korban penindasan.
  1. Kematian Kristus
Yesus yang mati harus selalu dihubungkan dengan penyebab kematianNya. Yesus mati karena karyaNya, pengajaranNYa dan perjuanganNya dalam menyelamatkan orang-orang yang dikasihiNya.
  1. Kebangkitan Kristus
Kebangkitan Yesus adalah kemenanganNya atas kuasa maut dan kehancuran. Sehingga gereja milik Kristus harus hidup pada saat ini sebagai tanda kontradiksi atas kuasa maut dan kehancuran.
  1. Kenaikan Kristus ke Surga
Kenaikan Yesus adalah awal eskatologi yang sedang dimulai. Yesus telah memerintah sebagai Raja sekarang. Pengikut Yesus seharusnya memberikan bukti / mempresentasikan kehidupan yang penuh komitmen pada nilai-nilai kerajaan Allah.
  1. Pencurahan Roh Kudus
Peristiwa Pentakosta adalah era di mana gereja diberi karunia keberanian oleh Roh Kudus untuk bersaksi sehingga gereja hadirbukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk dunia. 
  1. Parousia.
Kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali memberikan semangat pengharapan bagi gereja dalam menjalankan misinya.


B.     TINJAUAN KRITIS


David J. Bosch telah dengan jelas dan terperinci memaparkan sejarah teologi misi dari 6 jaman yang berbeda. Masing-masing jaman memiliki konteks dan pergumulannya sendiri. Ada kalanya dimana gereja salah dalam menafsirkan kehendak Allah pada dirinya tetapi kemudian dikoreksi oleh generasi berikutnya. Memang gereja bukanlah gereja yang sempurna. Dengan demikian redefinisi misi patutlah dilakukan bukan hanya pada jaman yang berbeda dengan tantangan yang berubah melainkan juga dalam jaman yang sama di konteks yang berbeda di mana Tuhan menempatkan gereja.

David J. Bosch tidak memprediksikan bagaimana wajah misi di era milenium baru sekarang ini. Sebenarnya melalui studi histories teologi misi di 6 masa yang berbeda, kita dapat menemui kecenderungan-kecenderungan arah misi di masa mendatang. Mungkin asumsinya bahwa saat ini di abad XXI (di mana situasinya mengglobal) termasuk dalam kategori era keenam dalam pembatasan paparannya yaitu era oikumenis. 

Menurut saya, abad XXI adalah era yang ketujuh yang belum disinggung oleh Bosch. Era ketujuh ini saya sebut sebagai era transformasi gereja. Di era ini gereja-gereja seharusnya bersatu menyikapi konteks yang sudah berubah. Situasi global, kerusakan alam yang parah, manusia dipahami sebagai obyek ekonomi dan kritis identitas  yang parah menuntut strategi misi yang lebih kontekstual di masa kini. Situasi yang berubah menuntut tanggapan yang berbeda pula. Adalah waktu yang tepat bagi gereja untuk menjadi sahabat bagi alam, dunia dan manusia yang mengalami situasi krisis. Seperti Yesus adalah Sahabat yang baik yang merelakan hidupnya bagi para sahabatNya. Gereja Kristus dipanggil untuk juga menjadi sahabat bagi jaman ini. Menjadi sahabat yang baik.
Bosch tidak menyinggung sedikitpun tentang kerusakan ekologi.

September 08, 2010

Iman dan Hanura (1 Timotius 1:1-2; 18-20)

Khotbah Chapel

Pendahuluan
Bpk/Ibu/Sdr yang terkasih didalam Tuhan, ada pendapat yang mengatakan bahwa di jaman sekarang ini, gereja mengalami yang namanya ”bencana rohani”. ”bencana rohani ini melanda orang2 gereja. Baik itu jemaat maupun para pelayan Tuhan. Bencana rohani secara singkat berarti ”penyimpangan”. Ini terjadi jika Tuhan sudah tidak lagi menjadi pusat dalam hidup. Tetapi yang menjadi orientasi adalah diri sendiri. Hal ini jelas2 menyimpang dari kebenaran FT.
Teolog terbesar Gereja, yaitu Rasul Paulus, pernah menulis surat kepada anak rohaninya, yaitu Timotius ketika di Efesus sedang terjadi “bencana rohani” ini. Jadi Paulus menasehatkan kepada Timotius tentang hal-hal apa saja yang harus Timotius miliki sebagai gembala di Efesus dalam menghadapi bencana rohani itu. Untuk melihat hal apa saja yang harus dimiliki oleh Timotus, dan yang seharusnya kita miliki juga, mari kita buka dalam 1 Tim 1:1-2 dan disambung dg ay 18-20. Untuk prianya membaca ps 1:1-2 dan wanita membaca ay 18-20.
….
Peralihan & Isi
Bpk/Ibu/Sdr, dalam kehidupan pelayanan kita, tentu tidak akan lepas dari yang namanya tantangan dan cobaan.
à Untuk bertahan dalam menghadapi pencobaan yang mampu membawa pada dari “bencana rohani”, kita dapat belajar dari perikop ini. Melalui perikop ini kita dapat melihat bahwa ada 2 hal yang wajib dimiliki oleh Hamba Tuhan supaya pelayanan tetap bersih di hadapan Tuhan. 2 hal tersebut adalah :
Iman dan Hanura
Yang harus kita miliki sebagai hamba Tuhan adalah iman dan hanura.
à Yang dimaksudkan Hanura disini bukanlah nama sebuah partai politik peserta Pemilu 2009 J. HaNura adalah Hati Nurani sebagai suatu kaidah etik yang dituntut Paulus dari Timotius dalam melaksanakan tugas kesaksian yang dipercayakan kepadanya (ay.18, lihat juga ay.5).
à Bpk/Ibu/Sdr, Pusat perintah manusia adalah hati. Tempat penghakiman moral. Agar hati nurani dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka ia harus di bawah pengaruh keyakinan yang baik. Itulah sebabnya hati nurani dan iman tidak dapat dipisahkan.
à Dalam ayat yang ke 18 Paulus menasehatkan Timotius agar ia memiliki iman yang teguh dan hati nurani. Mengapa sih Paulus perlu menasehatkan hal ini kepada Timotius?
a.     Karena Timotius diberikan tangungjawab sebagai gembala di Efesus. Ay 18a ada kata Tugas ini kuberikan kepadamu : Yunani à kupercayakan kepadamu. Ini merupakan serah terima dari generasi perintis ke generasi penerus. Timotius harus melanjutkan tugas Paulus yang sangat penting. Yaitu memberikan bimbingan spiritual kepada jemaat2. Panggilan Timotius ini dikatakan telah dinubuatkan (18). Jadi sebelum didalam kandunganpun Timotius sudah dipersiapkan oleh Allah untuk menjadi pelayan Tuhan.
b.     Paulus menasehatkan agar Timotius memiliki iman yang teguh yaitu karena pada saat itu di Efesus bermunculan mulai bermunculan guru2 palsu. Kita dapat melihatnya di ayat2 sebelumnya, yaitu di ayat 3-4, bahwa ada orang-orang tertentu yang mengajarkan ajaran lain, yang berbeda dengan apa yang diajarkan rasul2. Mereka memberitakan ajaran yang sesat. Ajaran-ajaran sesat ini kemudian mempengaruhi jemaat di Efesus pada waktu itu. Dari 2 Tim 4:14 kita mengetahui bahwa Aleksander (yang diayat 20) telah berbuat banyak kejahatan terhadap Paulus. Kejahatannya adalah menghujat. Ini berarti mereka sering mengatakan hal2 yang tidak benar melawan pekerjaan Rasul dan Injil Kristus.
c.     Selain karena ada ajaran sesat, Paulus menasehatkan Timotius untuk menjaga imannya, karena di Efesus juga sedang bermunculan aliran filsafat yang selalu mempertentangkan kuasa Tuhan. Pada saat itu berkembang filsafat gnostik. Orang yang menyebarkan ajaran gnostik ini salah satunya adalah Himeneus (2 Tim 2:18) Gnostik adalah pengajaran yang mencampuradukkan antara filsafat, mitologi, silsilah, dan astrologi kontemporer. Ini yang dimaksudkan Paulus di ay 4. Ajaran Gnostik menyatakan bahwa pengetahuan itu mampu menyelamatkan. Para pengikut gnostik sangat mengagung-agungkan pengetahuan. Menurut mereka, orang yang mampu mencapai pengetahuan tertinggi akan mampu mengetahui rahasia2 yang akhirnya dapat menjamin kesatuan jiwa dengan Tuhan. Jadi dengan pengetahuan mereka percaya mereka akan diselamatkan. Selain itu, ajaran gnostik juga tidak memercayai kebangkitan tubuh pada akhir zaman. Ini tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Oleh sebab inilah Paulus mewanti-wanti agar Timotius tetap teguh pada imannya kepada Yesus. Dan menyampaikan kepada jemaat2 Efesus bahwa jalan keselamatan satu2nya itu terletak pada Yesus Kristus.
à Tugas Timotius oleh Paulus digambarkan dalam kata ‘perjuangan’. Dalam bahasa Yunaninya, kata ”perjuangan” itu adalah ”peperangan”. Karena memang pelayanan Timotius sangat berat.
à Bayangkan bahwa Timotius itu masih muda (kemungkinan seumuran kita, yang kata orang masih iji royo2), namun ia sudah dipercaya Paulus untuk menjadi gembala di Efesus. Dan dia harus melawan ajaran sesat beserta guru2 palsunya lagi!
à Inilah yang disebut sebagai ”memperjuangkan peperangan yang baik”. Jadi tugas Timotius adalah tugas yang bener2 berat. Ia harus meluruskan doktrin jemaatnya. Sebab tantangan dari ajaran-ajaran itu memberi masalah tersendiri bagi eksistensi gereja yang baru dibentuk oleh Paulus.
à Paulus sudah mengatakan di 1 Kor 15:15-19 bahwa gnostik/penyangkalan kebangkitan tubuh menjadikan iman percaya sia-sia (1 Kor 15:16,17) dan mengakibatkan kemerosotan moral (1 Kor 15:32-33). Dan sangat sejas sekali bahwa kemerosotan moral atau kehilangan hati nurani yang murni ini nampak pada penganut ajaran2 sesat.
à Itulah sebabnya Paulus menasehatkan kepada Tomotius untuk tetap menjaga iman agar ia mampu mengatasi hal ini. Yaitu supaya Timotius tetap memperjuangkan imannya kepada Yesus, mampu menghadapi guru2 palsu, dan agar Timotius mampu membina jemaat Efesus untuk tidak ikut terjerumus dalam ajaran-ajaran sesat yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan, Serta dapat melanjutkan ajaran sehat.
Aplikasi :
 Bpk/Ibu/Sdr, saat ini kita masih diperhadapkan dengan tantangan yang sama, yaitu ajaran dan perbuatan yang menyimpang dari kebenaran Firman Tuhan. Ajaran2 sesat akan terus muncul dan menyesatkan orang-orang Kristen sampai kiamat. Untuk itulah kita harus waspada.
Sebelum saya masuk ke STTB, saya suka baca buku. Buku apapun itu. Dan semakin bukunya aneh, semakin saya suka. Makanya ketika dirumah ada buku tentang motivasi, saya baca berulang kali. Dan celakanya, bukunya adalah buku yang mempromosikan GZB. GZB atau New Age Movement tentu kita sudah sering mendengar ya.., GZB itu adalah percampuran antara iman Kristen dengan spiritualitas agama-agama Timur. Salah satu andalan GZB adalah ajaran positif thingking nya. Saya dulu sering mempraktekkannya karena memang belum tahu kalo itu sesat. Misalnya kalo saya sakit, saya akan mengulang-ulang kata dalam fikiran saya “saya sembuh, saya sembuh, saya sehat, saya sudah sehat,..” dst. Ini dilakukan supaya energi positif tubuh dilepaskan supaya cepat sehat kembali. Saya juga selalu memikirkan dan memvisualisasikan apa yang ingin saya capai. Seperti yang diajarkan oleh Paul Yongi Cho juga. Dan GZB itu memakai ayat-ayat Alkitab yang sepertinya sesuai untuk membenarkan ajarannya. Ayat2 yang dipakai misalnya Fil 4:8 (semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil...yang sedap didengar..pikirkanlah semua itu!). Jadi seakan-akan ini cocok dengan FT. Setelah saya di STTB saya baru tahu kalo cara ini salah. Karena memang positif thinking yang menjadi spirit GZB adalah pikir positif yang mengandalkan kekuatan diri sendiri tanpa melibatkan Tuhan.
à Bpk/Ibu/Sdr, ini hanya salah satu contoh ajaran yang menyimpang yang beredar sekarang ini. Pengikut gerakan ini kemungkinan pada tidak tahu kalo ini sesat. Tanpa kita sadari, mungkin ada diantara jemaat kita yang terpengaruh dengan ajaran ini. Bahkan saya tahu ada gereja yang malah mempraktekkan ajaran ini.
à Seperti kasus di Efesus, di Indonesia juga mulai bermunculan ajaran2 aneh, yang kontroversial, dan menarik banyak pengikut.
- Bukan hanya GZB saja, sekarang ini ada lagi yang bernama Asia Work. Ciri ajaran ini adalah caranya untuk mengosongkan jiwa, dengan begitu history qta akan dibongkar habis. Semacam yang dipraktekkan oleh Uya Kuya.
- Ada lagi Scientology, dlsb dan saya yakin diluar sana banyak spiritisme yang berkembang semakin banyak.
à Mungkin kita berfikir, baik itu jemaat kita maupun kita sendiri tidak ada yang jatuh menjadi pengikut bidat2 tersebut. Namun, kita mungkin dapat jatuh ketika yang sesat2 itu dikemas dalam tampilan yang lebih mudah diterima oleh kita semua, sekalipun kita adalah hamba Tuhan.
Ilah2 masa kini, yang sering membuat Hamba Tuhan jatuh adalah yang isme-isme. Seperti :
1.      Mamonisme : yaitu semua hal diukur dengan uang. Cont: Menghargai orang lain berdasarkan apa yang dimiliki mereka. Kalau jemaat adalah orang kaya, persembahan ke gereja banyak, mobilnya banyak, kita akan lebih menghargainya dibandingkan dengan jemaat yang biasa2 saja.
2.     Hedonisme : Menekankan kenikmatan. Misalnya kita mudah sekali untuk gonta-ganti pasangan. Di TV setiap hari menayangkan persoalan2 ini. infotaimen yang setiap hari disuguhkan sampai sekarang adalah kasus perceraian Krisdayanti. Kasus2 kawin-cerai setiap hari jadi tontonan setiap hari sehingga kasus moralitas yang bobrok ini seolah-olah sudah dibenarkan. Dan ini SANGAT mempengaruhi jemaat kita. Pada intinya kita harus kembali kepada hati nurani yang murni.
3.     Konsumerisme yang terlihat ketika pergi ke mall nga terkontrol, sebentar2 ke mall walaupun tidak ada keperluan yang mau dicari.
4.     Egoisme : ketika kita yang seharusnya teocentris malah menjadi egosentris, kita telah menggeser posisi Tuhan dalam hidup kita. Ketika kita pelayanan, ketika kita berkhotbah, kalau tujuannya adalah kemuliaan diri sendiri itu sudah menyimpang.
à Semua inilah yang disebut sebagai “bencana rohani”. Bencana rohani ini terjadi jika kita sudah kehilangan iman dan hanura. Sehingga orientasi hidup bukan kepada Tuhan, tetapi kepada diri sendiri.
à Satu teladan yang terindah adalah teladan Paulus. Ia melayani dengan hati nurani yang murni. Berbeda dengan Hermeneus dan Aleksander yang motivasinya adalah mencari kuasa dan mencari pengikut.
- Ketika Paulus melayani di Listra, ia dan Barnabas dikira dewa Zeus dan dewa Hermes yang turun ke bumi dan menjelma menjadi manusia. (Kisah 14:12). Sehingga orang banyak membawa lembu dan karangan bunga untuk dipersembahkan kepada Paulus dan Barnabas.
- Jika Paulus dan Barnabas tidak kuat imannya dan hati nuraninya tidak murni, bisa saja mereka menerima pujian dan penghormatan tersebut. Mereka beruntung dianggap sebagai dewa. Mereka akan memiliki kuasa dan memiliki banyak pengikut. Tetapi mereka menolaknya, bahkan resikonya mereka dilempari batu sampai hampir mati.
à Demikianlah seharusnya kita. Seharusnya kita memiliki hatinurani yang murni, yang tercermin dari motivasi pelayanan kita. Kita melakukan pelayanan bukan untuk kebanggaan diri sendiri, bukan untuk kesombongan kita, dan bukan untuk cari uang.
à John Calvin memberikan kesaksian tentang imannya. Ia berkata bahwa ia bersyukur kepada Tuhan untuk anugerah keselamatan yang telah diterima. Dan wujud rasa syukurnya itu, maka ia memberi diri untuk melayani Tuhan. Dengan demikian, motivasi pelayanannya muncul karena ungkapan syukurnya atas anugerah keselamatan, bukan untuk mencari sesuatu bagi dirinya sendiri.
à Bpk/Ibu/Sdr yang terkasih dalam Tuhan, untuk menghindarkan diri dari hal-hal yang sesat yang dapat mengganggu pertumbuhan rohani dan jemaat, maka orang Kristen tidak boleh merasa cukup dalam hal rohani / menjadi statis dalam hal rohani. Kita butuh menumbuhkan iman dan menjaga hati nurani kita.
Menjaga iman dan hanura
à Pertumbuhan iman itu seperti tanaman. Untuk pertumbuhannya diperlukan tanah yang baik supaya dia cepat bertumbuh. Demikian juga iman kita. Kita membutuhkan suatu situasi dan kondisi tertentu yang dapat membuat iman kita bertumbuh. Kadang memang iman itu sangat terpengaruh dengan situasi dan kondisi.
à Teradang kita mampu percaya kepada Tuhan seakan-akan tidak pernah tergoncangkan, apalagi kalau kehidupan kita lancar-lancar saja dan terberkati. Tetapi ada kalanya kita meragukan Tuhan, apalagi kalau kehidupan menjadi sangat sulit, ketika kita menderita penyakit, dll. Normalnya sih, iman kita semakin hari semakin bertumbuh. Apalagi kita sebagai Hamba Tuhan, tentu kita perlu menjaga agar iman kita tetap bertumbuh dan kalau bisa melebihi iman jemaat.
Jangan seperti Himeneus dan Aleksander yang mengingkari iman dan hanura mereka, sehingga mereka jatuh sesat. Itulah sebabnya Paulus menyerahkan penjatuhan hukuman mereka kepada iblis. Karena iblis dianggap sebagai sumber penderitaan (Ayub 2:6; 2 Kor 12:7). Ini bukan sebagai penghukuman saja tetapi supaya mereka bertobat. Jangan sampai kita juga harus diserahkan kepada iblis supaya kita bertobat dari kesesatan kita.
            Lalu, bagaimana caranya agar iman kita senantiasa bertumbuh dan hati nurani tetap terjaga?
1.      Membaca, merenungkan FT. Tentu kita sudah tahu bahwa elemen petumbuhan iman yaitu dengan Firman Tuhan. Firman Tuhan itulah yang akan selalu menguatkan dan membawa iman kita bertumbuh dalam kebenaran. Kebenaran yang kita percayai itu dirumuskan dalam doktrin, dan doktrin tersebut berasal dari Firman Tuhan. Namun sayangnya, terkadang Hamba Tuhan sangking sudah tiap hari bawa Alkitab, sepertinya kebal Firman Tuhan, dan semakin jarang membaca dan merenungkan FT dengan sungguh2. Untuk itu Bpk/Ibu/Sdr, janganlah jemu2 untuk menumbuhkan rasa cinta kita terhadap FT. Karena dengan merenungkan FT, iman kita bertumbuh, motivasi diperbaharui.
2.     Peka terhadap pimpinan Roh Kudus. Pimpinan Roh Kudus itu dapat disamakan dengan suara hati nurani, atau suara Tuhan yang berbisil kepada kita. Jadi kita perlu peka terhadap suara2 lembut yang berasal dari hatinurani. Slogan Walt Disney yang terkenal: "Biarlah hati nuranimu memimpin engkau". Slogan ini sangat populer, namun untuk kalangan anak2. Jadi intinya, kita pun perlu membuka hati kita untuk bersedia mendengar pimpinan Roh Kudus. Jangan sampai menyepelekan dan mengabaikan suara hati nurani. Ketika suara Tuhan menegur, ketika mengabaikan sekali, Tuhan menegur, maka berikutnya suara Tuhan tidak terdengar.
3.     Timotius berhasil dalam pelayanannya karena faktor lingkungan juga. Ia dikelilingi oleh orang2 besar yang memiliki iman yang kokoh didalam Tuhan, memiliki visi yang besar, dan memiliki kebaikan hati nurani. Contohnya: ibunya (Eunike) dan neneknya (Lois) yang adalah orang2 hebat dan beriman kepada Tuhan. (2 Timotius 1:5  Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu). Timotius juga bergaul dengan Paulus, sehingga dalam relasinya yang akrab itu, banyak nilai2 baik yang ditanamkan Paulus kepada Timotius. Orang2 terdekat Timotius sangat mempengaruhi Timotius. Itulah sebabnya ia bertumbuh baik didalam iman dan menjaga agar hati nuraninya tetap bersih. Jadi, orang-orang yang ada disekeliling kita sangat memengaruhi kita. Jika kita bergaul dengan orang2 yang memiliki visi besar, maka kita juga akan terdorong untuk memiliki visi yang besar. Maka, bergaulah dengan orang yang sungguh2 percaya Tuhan, dan yang memiliki ketulusan hati.

Penutup
Bpk/Ibu/Sdr, kita bersedia diperlengkapi disini karena menanggapi panggilan Ilahi. Dan kita saat ini sedang melakukan seperti yang dilakukan oleh Timotius, yaitu memperjuangkan perjuangan yang baik. Dan dalam melakukan pelayanan ini, ada hal yang sangat penting dan yang wajib kita miliki sebagai orang2 yang melayani. Yaitu Iman dan hanura agar kita dapat tetap eksis melayani Tuhan tanpa jatuh dalam “bencana rohani”. Marilah kita semakin hari semakin bertumbuh dalam kedewasaan iman dan menjadi Hamba Tuhan yang memiliki hatinurani yang bersih, karena itulah yang dikehendaki Kristus bagi kita semua. Amien^_^

Hidup dalam penyertaan Allah (Luk 21 :5-19)

Khotbah di SMP

Pendahuluan

Temen2 yang terkasih dalam Tuhan, temen2 saat ini merasa nga sih kalo sekarang ini kalian sedang disertai oleh Tuhan? Disertai donk, kan bisa sampai disini dengan selamat itu menjadi bukti bahwa kita disertai oleh Tuhan.
Pertanyaan buat temen2 semua niyh, Kalo kita disertai oleh Tuhan, apakah kita bener2 bergantung kepada Tuhan apa nga? Misalnya kita kepepet niyh, waktu ujian kita nga belajar. Lalu kita nyontek ke temen kita. Apakah kita bisa disebut kita ini bergantung pada Tuhan? Kalo kita bergantung kepada Tuhan, kita mustinya belajar dan setelah itu kita percaya kepada kemampuan diri sendiri, dan pertolongan dari Tuhan. Tapi saya percaya kog, disini mah anaknya baik2..
Temen2, disertai oleh Tuhan itu hal yang luarbiasa. Kita merasa aman dan nyaman ketika menjalani hari-hari kita. Hidup disertai oleh Tuhan itu seperti yang digambarkan di dalam Mazmur 23. Merasakan penyertaan Tuhan itu diibaratkan Seperti domba yang nga pernah ditinggalkan oleh gembalanya. Temen2 tau nga, domba itu adalah binatang yang bodoh. Domba kalo jalan, dia sendiri nga tahu arahnya ato tujuannya kemana. Dia kalo berjalan ya cuma berjalan saja, sesuka kaki melangkah. Makanya pas banget kalo dibilang domba itu mudah tersesat.
Domba ini menggambarkan kita temen2. Kita yang nga tau masa depan kita nantinya, kita yang nga jelas arah hidupnya. Kita nga bisa ngerti masa depan kita bagaimana, iya kan? Kita nga tahu kita hidup sampai kapan. Kita nga tahu tahun 2012 itu bener2 akan kiamat apa nga. Tetapi selama kita memiliki Tuhan, hidup kita dipimpin oleh Tuhan, disertai oleh Tuhan sehingga tujuan kita hidup di dunia ini jadi jelas.
Temen2 yang terkasih didalam Tuhan, dunia ini nga akan selamanya ada. Suatu ketika akan kiamat. Betul ya? Betul donk. Soalnya Alkitab bilang begitu. Nah, perikop yang kita baca tadi, mengatakan bahwa, sebelum akhir zaman, maka akan muncul tanda2nya terlebih dahulu.
Tuhan Yesus emang nga kasih tau kapan kiamat, tetapi Tuhan Yesus sudah kasih peringatan sebelum kiamat akian ada tanda2nya. Tanda2nya apa saja? Mari kita simak sama-sama.
-       ada penyesat (ay 8). Yang mengajarkan ajaran palsu. Skarang pun sudah ada. Misalnya : ketik Reg, spasi mama lemon, kirim ke mana aja.
-       timbul peperangan dan pemberontakan (ay 9). Sekarang juga sudah ada.
-       Terjadi bencana alam (ay 11), gempa bumi, dsb. Ini juga sudah banyak terjadi
-       Timbul berbagai penyakit (11). Sekarang penyakit aneh2. flu burung, flu babi,
-       Kelaparan (11). Banyak
-       Tanda2 dasyat dari langit (11).
-       Sbelum semuanya itu anak2 Tuhan akan dianiaya krna menyembah Tuhan (12).
Jadi, akhir zaman ditandai dengan berbagai macam kesusahan, penderitaan, dan penganiayaan. Walaupun mungkin saat ini bencana dan penganiayaan tidak kita alami saat ini, tetapi ditempat lain sudah. Tentu sering kita melihat berita di TV, di koran, ato diinternet tentang berbagai musibah seperti bencana alam, penyakit, kelaparan, kematian, peperangan.
Semua penderitaan yang dialami manusia merupakan tanda2 akhir zaman. Tuhan Yesus bilang kalo semua penderitaan ini memang HARUS terjadi dahulu sebelum hari kiamat (ay 9).
Lalu kalo kita tanya, ah..dari dulu juga sudah banyak bencana, n penderitaan, tetapi koq Tuhan nga dateng2? Di ayat yang ke-9, dikatakan bahwa kalo tanda2 akhir jaman ini sudah terjadi ini, bukan berarti kiamat akan sesegera mungkin datang. Karena ini barulah permulaan. Jadi, bencana alam, penderitaan, kelaparan, yang ada dari dulu ini baru pemanasan. Dan semakin lama, penderitaan dan bencana, dan penganiayaan kepada orang yang percaya kepada Tuhan akan terus bertambah hebat.
Orang Kristen sepertinya selalu dijadikan korban penganiayaan. Dulu ada orang yang terkejam didunia, namanya kaisar Nero. Dia kerjaannya nyiksa orang Kristen. Orang2 Kristen bakar hidup2 jadi lampu kota. Ada juga yang dilemparkan ke binatang buas.
Temen2 saya yang dari Tiongkok juga cerita kalo ditempat mereka, orang Kristen dianiaya. Nga dikasih kebebasan untuk beribadah olah para komunis. Bahkan untuk mendirikan gerejapun nga bisa. Jadi mereka ibadahnya underground. Sembunyi-sembunyi. Seharusnya kita merasa sangat bersyukur kalo kita masih dikasih kebebasan untuk beribadah. Di Bandung juga ada beberapa gereja yang ditutup karena nga boleh dijadikan tempat ibadah. Jadi sudah banyak anak2 Tuhan yang menderita sengsara karena mengikut Tuhan.
           Memang ngeri sekali kalo kita membayangkan kiamat akan terjadi. Orang2 Kristen sepertinya nga aman. Mau sembunyi dimanapun, susah. Kalo sudah ketemu, habislah kita.

Peralihan
Maka kemudian timbul pertanyaan, kalo Allah itu Mahabaik dan Mahapengasih kenapa Dia diam saja melihat anak2Nya ikut menderita di akhir zaman ini?

Isi     
Dalam menghadapi ini semua, Tuhan Yesus memberikan penghiburan dan pengharapan kepada kita. Untuk itu, ada beberapa hal yang harus kita ingat.
1. Apapun kondisi dunia ini, Tuhan tetap akan beserta dengan kita. (Imanuel)
Akhir2 ini para ilmuan bilang kalo dunia ini akan menuju kehancuran. Akan sering terjadi bencana alam, akan ada benda2 angkasa yang akan jatuh ke bumi, lalu matahari yang akan memuai, bumi kita yang akan semakin panas karena global warming. Penyakit2 yang aneh2 akan muncul. Dlsb. Ini semua akan menimbulkan bencana, kesusahan dan penderitaan bagi umat manusia.
Tetapi kita harus selalu ingat bahwa, Walaupun kita nantinya menderita, akan mengalami kelaparan, akan mengalami bencana alam (semoga sih tidak ya, ini bukan nubuatan), tetapi kita akan tetap disertai oleh Tuhan. Janji Tuhan ini dapat disimak dalam ayat yang ke 18-19. Sekalipun tanda2 akhir zaman ini semakin menghebat, kita nga perlu takut, karena Tuhan akan tetap menyertai kita.
Makanya, dalam suka maupun duka kita harus tetap setia kepada Tuhan. Karena bagaimanapun, hidup kita ini sepenuhnya bergantung kepada Tuhan. Maukah teman2 tetap setia kepada Tuhan apapun yang terjadi?

2. Kita harus berani bersaksi bagi Tuhan.
à Temen2 yang terkasih dalam Tuhan, Tuhan Yesus telah memperingatkan murid-muridNya bahwa suatu saat nanti murid2 akan diajukan ke pengadilan walaupun nga bikin kesalahan dan harus siap menderita, dibenci, dan bahkan mati demi iman mereka, demi Tuhan Yesus (Matius 10:17-22).
Ini tidak lain karena murid-murid diperintahkan untuk menjadi saksi bagi Kristus. Disinilah poin kita. Kita sebagai murid2 Kristus sudah seharusnya menampakkan diri kita menjadi saksi-saksi Kristus. Baik itu lewat perkataan kita, tingkah laku kita, pikiran kita, dan perbuatan kita. Walaupun saat ini kita masih remaja, tetapi tetap saja kita harus berani bersaksi. Ok?! (bilang sama temen kiri dan kananmu, ”kamu harus berani bersaksi!”).
Tetapi, menjadi saksi Kristus itu nga mudah. Mengikut Tuhan nga hanya hidup enak dan terus-terusan diberkati. Suatu ketika kita akan diijinkan Tuhan untuk mengalami penganiayaan, dan penderitaan, kesedihan dan ditinggalkan karena kita telah menjadi saksi Kristus.
Misalnya niyh, kita diajak bohong sama temen kita. Kita nga mau karena bohong itu dosa dan kita mau menjadi saksi Kristus. Tindakan kita sudah baik. Tetapi temen kita mungkin nga terima dan ujung2nya kita dimusuhi. Ini adalah sesuatu yang tidak enak, kehilangan temen karena mencoba hidup benar dihadapan Tuhan.
Tapi, Temen2 takut kehilangan teman ato takut kehilangan Tuhan? Baiknya sih nga kehilangan dua2nya. Tapi kalo temen qta sudah melenceng dari kebenaran, kita harus mempertahankan posisi kita sebagai anak2 Tuhan. Teman bisa dicari, kalo hidup kita tanpa Tuhan, kita nga kan pernah bisa hidup dengan baik.
Teman2, walaupun menjadi saksi Tuhan itu terkadang membuat kita ditolak, diejek, dan kehilangan. Ada juga orang Kristen yang nga tahan dengan tekanan, kemudian dia menjadi murtad. Kita harus percaya kepada penyertaan Tuhan. Dengan demikian kita tidak perlu takut. Sebab Tuhan memiliki maksud bahwa dalam penderitaan tersebut, maka anak2Nya akan berserah kepada-Nya dan pada akhirnya, Tuhan akan menyatakan penyertaan Allah yang luarbiasa kepada anak2Nya.

Penutup
Jadi temen2, kita nga boleh ragu kepada penyertaan Tuhan. Dizaman yang nga bisa diprediksi ini, kadang2 bencana bisa muncul secara tiba2,  hidup semakin susah, pada masa yang akan datang akan lebih susah lagi, sampai Tuhan Yesus datang yang kedua kali.
Tetapi ingat, walapun kita mengalami kesusahan, walaupun suatu ketika kita diijinkan Tuhan untuk mengalami penderitaan, Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita. Makanya kita harus menjaga kesetiaan kita kepada Tuhan. Jangan hanya dalam suka dan suka saja setia kepada Tuhan, tetapi dalam suka dan duka kita nyatakan setia kita kepadaNya.
Amin!  Mari kita berdoa.
Temen2, marilah pada saat ini kita mengatakan kepada Tuhan dalam hati kita... ”Tuhan, aq mau setia kepada-Mu, apapun yang terjadi!”.. Walaupun kami tidak tahu masa depan kami, tetapi kami hanya mau berserah dan percaya bahwa hidup kami ada dalam penyertaan Tuhan. Inilah kami Tuhan, pakai kami yang masih muda ini untuk hidup bagi Tuhan..untuk menjadi saksi bagi Tuhan dimanapun kami ada.”

Diskontinuitas Agama Yudaisme dan Kekristenan

Jesus made Capernaum His home during the years of His ministry



I.                   Pendahuluan
Yudaisme sangat erat kaitannya dengan Kekristenan. Bahkan menurut George W. Braswell, Yudaisme adalah dasar bagi Kekristenan.[1] Maka sejarah kekristenan tidak dapat lepas dari sejarah bangsa Yahudi. Bahkan Yesus pun berasal dari bangsa Yahudi. Bangsa Yahudi dan agama Yudaisme mempunyai peran yang sangat penting dalam membentuk dunia Perjanjian Baru, karena dari sanalah kekristenan lahir. Hampir semua penulis-penulis Perjanjian Baru adalah orang-orang Yahudi yang mempunyai latar belakang agama Yudaisme. Oleh karena itu untuk memahami tulisan-tulisan Perjanjian Baru dengan baik, orang Kristen perlu untuk mengerti tentang agama Yudaisme sebagai pembandingan antara Yudaisme dengan Kakristenan.
Untuk itu dalam paper ini penulis memaparkan secara khusus tentang agama Yudaisme, baik itu latar belakangnya, aliran-aliran yang ada, pilar-pilar Yudaisme yang berhubungan dengan sejarah kekristenan, serta persamaan dan perbedaan yang paling mendasar antara Yudaisme dengan kekristenan.

II.                Agama Yudaisme
2.1. Latar Belakang Agama Yudaisme
Yudaisme adalah kepercayaan yang dianut oleh bangsa Yahudi yaitu penduduk negara Israel maupun orang Israel yang bermukim di luar negeri. Sejarah bangsa Yahudi bermula dari panggilan Allah terhadap Abraham. Namun demikian, agama Yudaisme sebenarnya baru dimulai pada masa diaspora (sejak tahun 734 SM), ketika puluhan ribu orang Yahudi di buang keluar dari tanah kelahiran mereka.[2] Di tanah pembuangan itulah orang-orang Yahudi yang setia kepada taurat mulai merasakan kesulitan besar untuk tetap beribadah dan mentaati hukum dan taurat mereka.
Sebagian dari mereka yang di buang ini mulai tergoda untuk mengadopsi cara-cara hidup kafir, bahkan juga agama kafir. Melihat tantangan yang besar ini mulailah orang-orang Yahudi sadar betapa berharganya kepercayaan yang mereka warisi dari nenek moyang mereka. Oleh karena itu mereka mulai memikirkan tentang bagaimana mempelajari agama nenek moyang mereka yang berisi hukum taurat itu dengan sungguh-sungguh supaya mereka tidak di cemari dengan budaya dan dunia kafir. Dari sinilah Yudaisme secara resmi lahir.
Salah seorang pelopor utama gerakan ini adalah Ezra, ia mengetuai badan yang disebut sinagoge agung. Badan ini terdiri dari 120 orang ini bertugas untuk menghidupkan, memulihkan dan menggolong-golongkan kitab-kitab PL. Tapi akhirnya badan ini diganti dengan dewan Sanhedrin. (Lihat: Dan. 1:5-8; 3:4-7: Ezr. 7:1-6).
2.2. Aliran-Aliran Dalam Yudaisme
Walaupun orang Yahudi memegang hukum agama yang sama (Yudaisme) tapi dalam penafsiran dan tujuannya ada bermacam-macam aliran. Antara lain :
a. Kaum Farisi
Berasal dari kata parash, artinya “memisahkan”. Aliran yang paling berpengaruh dan banyak pengikutnya dalam masyarakat. Mereka adalah para ahli tafsir PL (Tanakh), yang menjunjung tinggi hukum lisan atau adat istiadat nenek moyang yang mereka taati sampai pada hal yang sekecil-kecilnya. Karena keahliannya inilah mereka disebut sebagai ahli Taurat.
b. Kaum Saduki
Nama Saduki berasal dari bani Zadok (Imam Besar). Mereka berjumlah kecil tetapi sangat berpengaruh dalam pemerintahan, karena anggota mereka adalah para imam di Bait Allah di Yerusalem. Pengajaran PL yang mereka terima hanyalah 5 kitab Pentateukh, tidak percaya pada kebangkitan dan hal-hal supranatural, malaikat, atau kehidupan sesudah kematian, tetapi mereka berpegang ketat hanya pada tafsiran-tafsiran harafiah Taurat.[3] (bdk: 2Sam. 15:24-29; Kis. 23:8)
c. Kaum Zelot
Mereka adalah kaum nasionalis fanatik yang ingin melepaskan diri dari penjajahan Romawi.[4] Mereka percaya bahwa Allah adalah satu-satunya pemimpin mereka. Oleh karena itu mereka sering mengadakan pembrontakkan melawan pemerintah Romawi. (bdk: Kis. 5:37; Mar. 12:14).
d. Kaum Esseni
Eseni artinya “saleh” atau “suci”. Keberadaan mereka diakui oleh tradisi sebagai biarawan-biarawan Yahudi yang hidup membujang. Mereka juga menjalankan hidup sederhana dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama.
e. Kaum Helenis
Kelompok ini disebut kaum Helenis karena mereka adalah orang-orang keturunan Yahudi tetapi telah mengadopsi kebudayaan dan bahasa Yunani dan tidak lagi mengikuti tradisi dan adat istiadat Yahudi, kecuali dalam hal iman agama mereka.

III.             Diskontinuitas Antara Yudaisme dengan Kekristenan
Jika di lihat dari segi sejarahnya, kekristenan berkaitan erat dengan Yudaisme. Sebab kekristenan dan Yudaisme sama-sama berasal dari “keturunan” Israel. Hingga pada akhirnya Yudaisme dengan Kekristenan tidak mungkin menjadi saru agama sebab terjadi diskontinuitas. Dibawah ini adalah penjabaran diskontinuitas tersebut ditinjau dari lima pilar penopang Yahudi[5] :
  1. Konsep tentang Allah yang monotheis
Sejak awal sampai akhirnya, pencarian orang Yahudi untuk memperoleh makna dalam kehidupan ini berakar dalam pengertian mereka tentang Tuhan.[6] Konsep ke-Tuhanan dalam agama Yudaisme adalah monoteisme. Mereka sangat ekstrim dalam hal ini. Sehingga bagi mereka, konsep Tuhan yang mengambil beberapa bentuk (misalnya Trinitas) dianggap bidat dalam Yudaisme.[7] Sebab mereka sangat berpegang teguh pada apa yang tertulis dalam Kitab Torah. Misalnya  “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!” (Ul 6:4). Inilah yang membuat mereka sangat tidak setuju dengan Trinitas dalam Kekristenan.
Jadi dapat dikatakan bahwa perbedaan konsep yang mendasar antara Yudaisme dengan Kekristenan adalah mengenai Kristus. Yudaisme tidak percaya kepada Yesus, tetapi mereka sampai hari ini masih menantikan kedatangan Juruselamat yang dijanjikan. Bagi Yudaisme, kristologi dalam kekristenan telah melanggar monoteisme teologis yang dipertahankan kuat-kuat oleh Yudaisme. Dilihat dari sudut pandang Yahudi, dengan menyetarakan Yesus dengan Allah, kekristenan telah membuat diskontinuitas antara dirinya dengan Yudaisme, meskipun kekristenan tetap mempertahankan kepercayaan monoteistik (Yoh 17:3; 1 Kor 8:4-6; Yak 2:19; 1 Tim 2:5), persisnya monoteisme kristologis.
Dalam Injil Yohanes terlihat tahap-tahap paling awal dari pemisahan kekristenan dari Yudaisme di dalam suatu kawasan lokal tertentu (di Galatia) serta permusuhan tajam yang ditimbulkan oleh pemisahan ini. Penyebab akar dari pemisahan ini adalah kristologi, menyangkut pertanyaan apakah Yesus itu sang Mesias Yahudi yang dinantikan. Orang Yahudi yang mengakui Yesus sebagai sang Mesias dikucilkan dari sinagog (Yoh 9:22; 12:42; 16:2), sebab dalam pandangan otoritas Yahudi, Yesus sama sekali bukan sang Mesias Yahudi karena Yesus tidak memenuhi persyaratan sebagai seorang Mesias.
2. Pemilihan Allah terhadap orang-orang Yahudi
Yudaisme sangat ekslusif, mereka mengklaim bahwa hanya bangsa Yahudi yang merupakan Umat Pilihan Tuhan. Mereka percaya bahwa mereka telah secara khusus dipilih oleh Allah di antara segala bangsa, bahwa Allah yang esa dan satu-satunya telah mengikatkan diri-Nya dengan Israel dan Israel dengan diri-Nya melalui suatu ikatan perjanjian. Namun dewasa ini orang Yahudi sendiri tidak sepaham dalam menafsirkan ajaran tentang bangsa yang Terpilih ini.[8]
Bagi Kekristenan, etnosentrisme Yahudi yang dipertahankan Yudaisme perlu ditolak oleh kekristenan sebab umat Allah juga terdiri atas bangsa-bangsa bukan-Yahudi. Allah tidak dipahami sebagai Allah yang lokal. Dalam hal ini, diskontinuitas antara kedua agama ini sangat tajam. Sebab dasar kekristenan dan Yudaisme itu sendiri sudah berbeda. Orang Kristen percaya bahwa Yesus adalah Mesias, sedangkan orang Yahudi tidak percaya. Bagi kekristenan, Yesus mengajarkan kepada murid-muridnya untuk memberitakan Injil kepada semua orang.
3. Perjanjian yang berpusat pada Taurat
Bagi orang-orang Yahudi, Allah Sang Pencipta dunia mengikat Perjanjian dengan umat Israel, bahwa Allah akan menjadi Allah mereka dan Israel akan menjadi umat-Nya dan bahwa Ia akan menyelamatkan bangsa Israel dari penindasan di Mesir, serta menurunkan undang-undang Tuhan (Torah) kepada mereka.[9] Jadi salah satu bagian Perjanjian itu adalah pemberian Taurat.[10] Sebagai respons orang Israel terhadap ikatan perjanjian itu, yang menjadikan mereka umat khusus kepunyaan Allah, mereka harus menaati Taurat dengan sepenuh hati mereka, dengan seluruh cara kehidupan mereka sebagai umat perjanjian.
Bagi Kekristenan, meskipun Rasul Paulus dalam Roma 14-15:13 memberi tempat penting bagi Taurat, tetapi ia menyatakan bahwa Kristus adalah kegenapan hukum Taurat (10:4). Karena Kristus telah datang, maka hukum Taurat sudah digenapkan dalam diri Kristus. Selama orang masih berada di bawah hukum Taurat, dosa berkuasa atas dirinya; tetapi kalau orang sudah di bawah karunia Allah melalui iman kepada Yesus Kristus, dia sudah dibebaskan dari dosa. Itulah yang menjadi diskontinuitas antara Yudaisme dengan kekristenan.
4. Tanah yang berpusat pada Bait Allah
Allah sudah mengawali ikatan perjanjian dengan Abraham yang disertai dengan janji pemberian tanah kepadanya dan kepada keturunannya (Kej 12:1-3; 15:1-6; 15:17-21; 17:1-8). Dalam kehidupan yang dijalani Israel di tanah yang dijanjikan, Bait Allah di Yerusalem merupakan pusat kehidupan nasional dan keagamaan mereka. Seluruh sistem pemberian kurban, kultus, pendamaian dan pengampunan, yang sangat mendasar bagi Yudaisme seluruhnya terfokus pada Bait Allah. Umat Allah dan tanah perjanjian, dan pelaksanaan Taurat, semuanya terfokus pada Yerusalem dan Bait Allah yang ada di dalamnya.
Kritik tajam kekristenan terhadap Bait Allah adalah bahwa Bait Allah di Yerusalem “dibuat oleh tangan manusia”, jadi fokus utama bukanlah Bait Allah itu sendiri, tetapi seharusnya yang menjadi fokus utama adalah Allah. Kritik ini sudah dimulai oleh Yesus sendiri, ketika dia menyerang Bait Allah (Mark 11:15-19; 14:58; 15:29). Penyerangan terhadap Bait Allah yang dilakukan Yesus adalah salah satu sebab mengapa orang Yahudi tidak bisa menerima Yesus sebagai sang Mesias, sebab, dalam tradisi Yahudi (dalam Kitab Suci Ibrani, Pseudepigrafa, dan Apokrifa) tidak ada seorang Mesias Yahudi yang dengan terbuka menyerang Bait Suci; justru adalah tugas seorang Mesias untuk menjaga, mempertahankan dan melindungi Bait Allah supaya tidak diganggu-gugat oleh siapapun.[11] Inilah yang menjadi perbedaan kembali bagi Yudaisme dengan kekristenan.
5. Konsep Ibadah
Keputusan yang mengatur dalam Yudaisme bukanlah kepada seseorang ataupun kelompok orang dalam Yudaisme, akan tetapi hanya berasal dari tulisan-tulisan, hukum, dan tradisi. Demikian pula dengan mereka. Dalam hal ini Kekristenan sangat berbeda dengan Yudaisme. Sejak Yohanes Pembaptis muncul, maka selesailah fungsi Yudaisme. Oleh sebab itu simbol nama, simbol hari, dan simbol binatang korban, yang ada dalam tradisi Yudaisme sudah berlalu bagi orang percaya. Kemudian dimulailah masa ibadah yang rohaniah (Yoh.4:23). Di dalam ibadah Kristen, yang disembah bukan lagi simbol, melainkan Allah yang disembah. Kesucian yang ditekankan dalam ibadah adalah kesucian hati bukan jasmani. Dengan demikian terjadilah diskontinuitas antara ibadah Yudaisme dengan ibadah kekristenan.
IV.             Kesimpulan
Agama Yudaisme memiliki 5 aliran yakni Farisi, Saduki, Zelot, Esseni, dan Helenis. Berdasarkan sejarah, agama Yudaisme adalah agama yang sangat erat dengan Kekristenan. Namun keduanya terdapat diskontinuitas yang mencolok. Yaitu : (1) konsep monotheisme. Yudaisme memiliki konsep yang sangat ekstrim, sehingga tidak mampu mempercayai Yesus sebagai Mesias; (2) Yudaisme memangdang Allah sebagai Allah yang lokal, sedangkan kekristenan universal; (3) Yudaisme masih memegang covenant berdasarkan Taurat, tetapi kekristenan memahami bahwa perjanjian tersebut telah di genapi oleh Yesus; (4) dalam Yudaisme bait Allah merupakan hal yang central. Tetapi bagi kekristenan centralitasnya adalah Allah; (5) konsep ibadah Yudaisme masih menjunjung tinggi tulisan, hukum, tradisi, dan simbol-simbol. Tetapi dalam kekristenan yang ditekankan dalam ibadah adalah kesucian hati.


Daftar Pustaka

Braswell, George W, Understanding World Relogions, Tennessee : Nashville, 1994.
Fackenheim, Emil L, What Is Judaism?, USA : Syracuse University Press, 1999.
Fishbane, Michael A, Judaism, San Francisco : Harper & Row Publisher, 1987.
Foerster, Werner, From The Exile to Christ, Philadelphia : Fotress Press, 1981.   
Smith, Huston, Agama-Agama Manusia, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1985.
Taylor, Justin, Asal Usul Agama Kristen, Yogyakarta : Kanisius, 2007.


[1] George W. Braswell, Understanding World Relogions, (Tennessee : Nashville, 1994), hlm. 81.
[2] http://www.pesta.org/ppb_pel02
[3]  Werner, Foerster, From The Exile to Christ, (Philadelphia : Fotress Press, 1981), hlm. 163.
[4] Ibid, hlm. 164.
[5] Istilah ini digunakan oleh Iohanes Rahmat. Ia mengungkapkan bahwa ada 4 pilar yang menopang agama Yahudi. Sebab kekristenan Perjanjian Baru (yang sebetulnya juga tidak monolitis) memberi respons pada pilar-pilar Yudaisme ini. Namun disini penulis membaginya menjadi 5 pilar.
http://www.ioanesrakhmat.com/2009/07/pilar-pilar-yudaisme-periode-bait-allah.html.
[6] Ibid, hlm. 300.
[7] http://wapedia.mobi/id/Dasar-dasar_iman_Yahudi
[8] Huston Smith, Agama-Agama Manusia, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1985), hlm. 347. 
[9]  George W. Braswell, Understanding World Relogions, (Tennessee : Nashville, 1994), hlm. 82.
[10] Dapat di lihat dari keseluruhan Kitab Ulangan. 
[11]  http://www.ioanesrakhmat.com/2009/07/pilar-pilar-yudaisme-periode-bait-allah.html