Bpk/Ibu/Sdr yang terkasih dalam Tuhan, adakah diantara qta yang susah mengampuni? Mengampuni orang tua kita kah, saudara kita, atau teman kita, atau bekas pacar kita yang dulu pernah menghianati kita.. (nga perlu tunjuk tangan kalo malu, cukup dengar kata hati kita saja =)..
Saudara, ternyata mengampuni adalah hal yang sulit sekali untuk dilakukan.
- Malahan ada survey yang membuktikan bahwa hampir semua orang susah untuk memberikan pengampunan.
- Pengampunan itu susah diberikan bukan kepada orang yang tidak dikenal, tetapi pengampunan akan lebih sulit diberikan kepada orang terdekat. (Makanya banyak orang yang kalo pacaran terus putus, jadi nga bisa akrab seperti sedia kala karena masih nga bisa mengampuni. Atau yang tadinya teman dekat menjadi musuh bebuyutan gara2 nga bisa mengampuni).
- Kita biasanya sulit untuk mengampuni tergantung seberapa dalam luka yang kita rasakan. Umpamanya, luka yang dirasakan karena tertabrak container pasti jauh lebih parah daripada ketabrak sepeda?J. Gitu juga dengan luka hati. Semakin luka, semakin sulit mengampuni.
- Beberapa bulan yang lalu saya melihat berita bahwa ada seorang istri yang tega membunuh suaminya lantaran sakit hati dengan suami. Gara2 suami selingkuh, dia kecewa n sakit hati yang teramat dalam, nga bisa memaafkan, jadi nga tanggung2 dia tega membunuh suaminya sendiri.
Ketika ada orang lain yang membuat luka hati kita, kecenderungan kita adalah benci dengan orang itu dan sulit rasanya untuk melepaskan pengampunan. Pengennya malah mendoakan dia supaya dia dapat celaka. Apalagi kalau kita sedang berhadapan dengan situasi sulit, ditambah lagi harus berhadapan orang-orang yang sulit, jengkelin nga ada dua. Udah salah, nga merasa bersalah sama sekali, n walopun tau salah tetapi nga mau minta maaf. Jadi kalo uda sleg dengan orang yang seperti itu ya…ngapain di maafin! Saudara, ternyata masih banyak orang Kristen yang punya jiwa seperti itu.
Yang herannya, terkadang Hamba Tuhan masih bisa mengkhotbahkan tentang pengampunan, walaupun dirinya sendiri belum bisa mengampuni.. dan tidak mau belajar untuk mengampuni. Bahkan ada yang sampai bertahun-tahun bermusuhan dengan sesama Hamba Tuhan tanpa ada solusi. Makanya sebelum khotbah ini saya minta ampun pada Tuhan, jangan sampai saya belum mengampuni orang.. yah puji Tuhan untuk saat ini saya belum punya musuh..hehe
I. Isi
Bpk/Ibu/Sdr, Firman Tuhan menganjurkan kita untuk mengampuni, dalam segala situasi. Walaupun dalam situasi yang sulit sekalipun. Didalam Alkitab, ada satu tokoh yang dapat menjadi teladan, masih bisa mengampuni walaupun dalam situasi yang sulit. Saudara, mari kita pelajari apa yang telah diteladankan Yusuf kepada kita, khususnya tentang pengampunan. Mari kita buka Keluaran 50:15-21.
Bpk/Ibu/Sdr yang terkasih dalam Tuhan. Yusuf adalah orang muda yang sangat dikasihi oleh ayahnya. Tetapi sayangnya, semua saudara-saudara tidak mengasihinya. Hanya lantaran iri hati kepadanya, saudara-saudaranya menjual Yusuf kepada Saudagar dari Midian. Ternyata pergumulan Yusuf bukan hanya sampai di sana. Orang Midian tersebut menjual Yusuf lagi kepada orang Mesir. Sampai di sana, ia difitnah oleh tante potifar sampe2 dia dipenjarakan.
Tetapi memang pada akhirnya Yusuf menjadi orang besar dan penuh kuasa di Mesir. Tetapi perjalanan hidup Yusuf adalah perjalanan hidup yang tidak menyenangkan, apalagi sebagai orang muda pada saat itu.
Sangat berat sekali menerima keadaan yang tidak menyenangkan karena perbuatan orang lain kepada kita. Demikian juga dengan Yusuf, dia tidak pernah berbuat salah, tetapi dia harus menanggung semua itu. Dan yang lebih menyedihkan lagi bagi Yusuf adalah: dia tidak bisa berkomunikasi dengan keluarganya, dia terpisah dari keluarganya. Kemudia dia dianggap sudah mati padahal masih hidup. Ini sangat menyedihkan sekali. Maukah Bpk/Ibu/Sdr dianggap sudah mati, padahal masih hidup? Pasti kita nga mau..
Saudara, Alkitab memberitahukan kepada kita bahwa semua pergumulan berat yang dialami oleh Yusuf adalah karena ulah saudara-saudara. Jadi secara manusiawi, Yusuf punya banyak alasan untuk membalaskan dendamnya kepada semua saudara-saudaranya yang telah berbuat jahat. Tapi apa yang dilakukan Yusuf? Pada waktu bertemu dengan saudara-saudaranya, Yusuf sama sekali tidak berbicara tentang masa lalu yang menyedihkan, Yusuf tidak menceritakan perasaan hatinya yang hancur pada saat itu dan Yusuf juga tidak berbicara tentang niatnya untuk membalaskan kejahatan saudaranya. Dalam situasi yang sulit,Yusuf masih bisa memberikan maaf bagi saudara2nya.
II. Peralihan
Saat ini kita akan belajar bersama-sama dari sikap Yusuf. Bagaimana caranya sehingga Yusuf dapat mengampuni saudara-saudaranya. Yaitu :
1. Menjadikan pengampunan menjadi way of life (gaya hidup)-nya.
Seorang teolog pernah mengatakan “Balas dendam dianggap alami oleh orang-orang dunia. Sedangkan pengampunan dianggap tdk alami.” Hal ini ada benarnya. Karena pada zaman sekarang ini, pengampunan adalah hal yang langka. Lihat saja di film2 yang sering kita tomton, lebih menonjolkan tema2 tentang pembalasan dendam. Hal ini dikarenakan balas dendam sudah menjadi way of life-nya orang dunia.
Yusuf adalah contoh seorang yang memiliki way of life “mengampuni”. Ia masih mau mengampuni meskipun luka dan sakit hatinya besar. Saya yakin ini bukan hanya kekuatan Yusuf sendiri. Tetapi Allah telah bekerja di hati Yusuf. Berkali-kali diceritakan bahwa ketika melihat saudara2nya, Yusuf pergi untuk menangis. Bahkan ketika mengakui bahwa dirinya adalah Yusuf yang mereka buang, Yusuf menangis dengan hebatnya. Kemungkinan (menurut saya) bahwa dirinya sebenarnya memiliki hati yang sedang dilema. Ia mengasihi saudara2nya, walaupun saudara2nya berlaku jahat kepadanya.
Masih ingat dengan perumpamaan tentang pengampunan yang pernah diberikan Yesus dalam Matius 18:21-35? Ada seorang hamba yang berhutang kepada raja. Hutangnya sangat banyak sampai dia tidak sanggup membayar. Tetapi karena belas kasihan raja, semua hutang2nya diputihkan. Meskipun ia telah mendapatkan anugerah dari raja, tetapi ia masih saja menagih hutang temannya sekalipun hutangnya cuma sedikit. Akhirnya dia dihukum oleh raja. Perumpamaan yang diberikan Tuhan Yesus ini menggambarkan tentang anugerah pengampunan.
Aplikasi :
Allah tidak pernah pelit pengampunan kepada kita. Coba kita renungkan, ada berapa banyak dosa dan kesalahan yang kita perbuat dalam hidup kita. Jika memakai standar kepantasan, ada banyak kesalahan kita yang rasanya tidak pantas dimaafkan. Seharusnya kita berakhir binasa. Tetapi pengampunan Allah diberikan sebagai bukti kasih Tuhan yang luar biasa. Sebesar apapun dosa kita, Tuhan siap memutihkan seperti dalam Yesaya 43:25à Ia tidak akan mengingat-ingat dosa kita lagi.
Kita telah diberikan pengampunan dari Tuhan. Nah, Jika kesalahan kita yang begitu banyak dan besar saja tidak henti-hentinya diampuni Tuhan, bukankah sudah sepantasnya kita pun mengampuni orang yang bersalah kepada kita, yang mungkin ukurannya lebih kecil dari dosa-dosa kita kepada Tuhan.
Saya nga perlu berkhotbah tentang doktrin keselamatan, kita semua sudah tahu dan percaya kalo pengampunan telah kita peroleh melalui pengorbanan Yesus. Untuk itu kalo kita sudah percaya kepada Kristus dan jika kita telah dipersatukan dengan Kristus, maka kondisi yang bagaimanapun beratnya, kita akan tetap bisa memberikan pengampunan. Karena kita sudah memperoleh pengampunan yang sejati dari Kristus. Jangan sampai kita seperti orang jahat dalam perumpamaan pengampunan.
Kita nga perlu menunggu peristiwa heroik seperti Stefanus untuk belajar mengampuni. dipukuli n dirajam supaya kita bisa ngomong..”ya Bapa…ampunilah mereka…sebab mereka tidak tahu…” tetapi melalui peristiwa2 kecil kita bisa belajar mengampuni supaya menjadi way of life kita. Sama halnya, ketika saudara belajar matematika. Kita belajar matematika bukan dengan bagian yang sulit seperti aljabar, integral, atau menghitung bangun ruang. Namuin kita belajar dengan 1+1; 1X1. Kita juga belajar mengampuni mulai dari hal2 kecil, supaya “pengampun” itu menjadi identitas kita. Sekeliling kita butuh pengampunan dari kita. Teman kita, suami/istri kita (kalo ada yg sudah punya pasangan), mama, papa, mertua, teman pelayanan, teman gereja kita, mereka mungkin sedang menantikan pengampunan dari saudara.
Doa Tuhan Yesus di atas kayu salib juga menjadi sebuah teladan buat kita yang sudah meneriman pengampunan Allah agar juga mengampuni orang lain. Tuhan Yesus ketika berada di atas kayu salib bisa saja mengatakan: ”Bapa, hukumlah mereka.” Tetapi Tuhan Yesus tidak. Dia pernah berkata “Kasihilah musuhmu” (Mat 5:44). Dari Paulus kita juga sudah membaca suratnya: “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” (Ef 4:32).
2. Mengetahui rencana Allah
Pada waktu ayahnya meninggal, semua saudara-saudara Yusuf sangat ketakutan. Sampai mereka membuat siasat untuk mengakali Yusuf. Tetapi apa jawab Yusuf kepada saudara-saudaranya? "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga." Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya." (Kej 50:19-21).
Luar biasa! Ini adalah satu pernyataan kemenangan Yusuf sebagai hamba Allah. Ini adalah teladan yang luar biasa dari Yusuf untuk kita dan harus kita tiru. Saudara, apa yang memotivasi Yusuf sehingga dia bisa mengampuni setiap orang yang membuatnya menderita? Jawabnya adalah karena : "Yusuf punya pemahaman yang benar tentang keberadaan dirinya dan orang lain di dalam rencana Allah".
Hal inilah yang telah memampukan dirinya berkata kepada saudara-saudaranya: "Bukan kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Tuhan Allah.... memang kamu telah mereka-rekakan perkara jahat, tetapi Tuhan telah mereka-nya untuk kebaikan (Kej 45:8-9; 50:20).
Aplikasi :
Saudara, Firman Tuhan ini sangat kontekstual banget bagi kita yang dibentuk di seminari ini. Kalo kita disini tujuannya untuk sama-sama dibentuk dan diperlengkapi sebelum melayani, ya udah, mari kita terima setiap hal sebagai pembentukan. Mungkin kita pernah sleg dengan temen kita, bahkan mungkin kita sampai menyebutnya sebagai “rival” kita. Mungkin kita sangat membenci dia, sampai2 nga teguran. Tetapi kalo kita punya sikap seperti Yusuf dalam hal ini, menganggap bahwa tindakan jahat saudaranya ini sebagai cara Tuhan untuk sampai pada rencana-Nya, sehingga tidak ada lagi dendam di hati, sehingga memampukannya mengampuni. Marilah kita melihat dengan cara pandang yang baru. Kalau kita masih belum dapat mengampuni saudara kita, marilah kita lihat, dibalik setiap kejahatan saudara kita, dibalik sakit hati yang kita rasakan, ada pembentukan yang sedang Allah kerjakan didalam diri kita.
3. Melakukan hal-hal baik bagi musuh
Bpk/Ibu/Sdr, meskipun Yusuf pernah disakiti, tetapi dia tidak mendendam. Bahkan dia melakukan hal2 yang baik kepada orang yang pernah menyakitinya. Bpk/Ibu/Sdr, inilah teladan yang ondah bagi kita. Yusuf mengampuni saudaranya bukan hanya dalam perkataannya saja, tapi juga dalam perbuatannya. “Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga." Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya. (Kej 50:19-21). Tindakan Yusuf konkrit.
Disini Yusuf nga pake hukum “tit for tat”, gigi ganti gigi, mata ganti mata, tetapi kejahatan dibalas dengan kebaikan. Seperti konsep Tuhan Yesus, ditampar pipi kanan, diberikan pipi kiri. Walaupun Yusuf sudah disakiti oleh saudaranya, malah dia mau menanggung seluruh kehidupan saudara-saudaranya, (makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dsb) padahal saudaranya ada 12, belum lagi istri dan anak2 mereka juga. Ia masih memberikan penghiburan bagi saudaranya. Perhatiannya masih total.
Bukan hanya itu, mari kita sama2 perhatikan pasal 45:1 – sebelum Yusuf memperkenalkan dirinya kepadanya bahwa dia adalah Yusuf – kita lihat caranya : Mula-mula Yusuf menyuruh semua orang Mesir keluar dari tempat itu (45:1). Mengapa Yusuf melakukan hal ini? Apakah ia malu kepada mereka kalau ia harus menangis di depan mereka? Rasanya tidak mungkin, karena tangisan Yusuf kedengaran sampai di luar (45:2). Atau karena malu mempunyai keluarga seperti mereka? Ini juga tidak mungkin karena nanti ia mengakui hal itu terang-terangan (45:16-20 47:1-dst). Kalau begitu mengapa? Karena ia tidak mau orang Mesir tahu kejahatan saudara-saudaranya kepadanya! Ini adalah hal yang sangat luarbiasa yang dilakukan oleh Yusuf. Tindakan Yusuf ini sangat cocok sekali dengan Firman Tuhan yang ada dalam 1Kor 13:7 yang mengatakan bahwa “kasih menutupi segala sesuatu”. Jadi walaupun ada orang yang telah menyakiti kita, tetapi kita tidak akan mengumbarnya sampai orang lain tahu…
Aplikasi :
Bpk/Ibu/Sdr, mari kita sama2 merenungkan: apakah kita biasanya berusaha menutupi kesalahan / dosa dari orang lain, atau sebaliknya bahkan menyiarkannya?
Bpk/Ibu/Sdr, mungkin kita akan merasa sangat susah untuk berbuat baik kepada musuh. Mungkin kita akan berkata “mana mungkin saya bisa?” Jawabannya adalah, Kita Bisa jika kita mempunyai 5 huruf : KASIH.
Kita mesti membedakan antara mengasihi dan menyukai seseorang. Kita bisa menyukai atau menyayangi seseorang, tetapi tidak memiliki perasaan yang sama terhadap orang lain. Penting untuk kita ketahui bahwa rasa suka yang alamiah ini bukanlah dosa ataupun suatu kebajikan. Sama halnya, misalnya, Wina menyukai jengkol, tetapi saya tidak suka. Apakah saya berdosa karena tidak suka jengkol? Tentunya tidak. Atau misalnya, saya menyukai steak, dan saudara tidak suka steak. Apakah saudara berdosa karena tidak menyukai steak? Tentunya juga tidak. Rasa suka atau tidak suka bukan dosa, itu merupakan sebuah fakta.
Memang apa yang selanjutnya kita lakukan dengan perasaan itu bisa menjadi dosa atau kebajikan. Misalnya sdr tidak suka dengan orang itu, kemudian sdr berharap dia celaka, dia stroke, dia mati. Nah ini yang menjadi dosa. Yang jelas, kita tidak mungkin memaksakan diri kita menyukai jengkol yang kita tidak suka. Sama halnya bagaimana mungkin saya bisa memaksakan diri menyukai orang itu, padahal kenyataannya dia tidak menyenangkan. Bagaimana mungkin, saya menganggap orang itu tidak terlalu jahat, padahal dia memang sangat jahat.
Mengasihi tidak berarti saya harus menyukainya. Bagaimana mungkin, saya mengatakan, dia orang yang sangat menyenangkan, padahal kenyataannya tidak menyenangkan dan saya tidak suka dengan caranya, gayanya, omongannya, perbuatannya. Namun walaupun saya tidak suka dengannya, saya tetap bisa mengasihinya. Kita mengasihi orangnya dan tidak menyukai perbuatannya. Kita bisa mengasihinya dengan cara mengharapkan yang baik untuknya., Berharap bahwa dia tidaklah terus menerus jahat, berharap agar dia bisa berubah, berharap agar dia diberkati oleh Tuhan. Itulah yang dimaksud oleh Alkitab dengan mengasihi sesamamu, mengasihi musuhmu, yakni mengharapkan yang baik untuknya. Mendoakan dirinya.
Sesulit apapun situasinya, kita tetap bisa mengampuni jika kita memiliki kasih. Yesus berkata: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Mat 5:43,44 . Dalam Luk 6:27 Yesus berkata “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu” Seperti inilah mengasihi musuh. Walaupun saudara tidak suka dengannya,. Saudara harus melakukan kebaikan untuknya.
Kita tidak perlu menunggu sampai rasa suka itu timbul untuk melakukan kebaikan. Mengasihi itu bukan soal perasaan suka atau nga suka. Mengasihi adalah masalah kehendak. Lakukan perbuatan baik untuk musuhmu, doakan dirinya. Itulah kasih. Rasa suka akan timbul dikemudian hari, setelah kita berulang-ulang melakukan kebaikan kepada orang yang kita tidak sukai.
Mengampuni nga akan bikin kita rugi. Bahkan dampak pengampunan sangat luar biasa.
1. Kita tidak akan bersungut-sungut lagi setelah mengampuni, tetapi kita akan mendapatkan sebuah sukacita.
2. Hasil daripada pengampunan ilahi bukannya menambah kebencian, melainkan mengurangi kebencian bahkan akan terjadi pertobatan.
3. Saya yakin enteng rasanya kalau kita mau mengampuni. kita nga perlu untuk lari menghindar kalo ada musuh kita.
4. Dampak yang lain lagi adalah, akan ada banyak jiwa yang akan diselamatkan karena kesaksian orang kristen.
4. Penutup
Bpk/Ibu/Sdr, marilah kita belajar dari Yusuf, mampu mengampuni disaat situasi sulit sekalipun. Ia berhasil mengampuni sebab (1) Pengampunan adalah way of lifenya. (2) ia mengetahui rencana Allah mengenai hubungan antara orang lain dengan diri sendiri. (3) berbuat baik kepada musuh.
Mengampuni itu indah.. seperti dalam buku mencintai hingga terluka "mengampuni itu seperti bunga yang tetap memberikan keharumannya kepada orang yang menginjaknya.."
Amien!